Rahim Pengganti

Bab 83 "Pembukaan Cafe Baru"



Bab 83 "Pembukaan Cafe Baru"

0Bab 83     

Pembukaan Cafe Baru     

Semua orang sudah sibuk dengan kegiatan pagi nya, sama hal nya dengan Mama Ratih dan Siska yang akan pergi ke Malang kedua wanita itu akan menghadiri acara pembukaan Cafe milik Caca.     

Kedua nya pergi, tanpa memberi tahu kepada Bian atau pun Elang. Ya hingga detik ini, Elang masih belum tahu mengenai keberadaan Carissa.     

"Iya kenapa!" jawab Siska singkat.     

"Kamu kenapa? Di mana sekarang?" tanya Elang. Karena sudah sejak semalam Siska tidak bisa di hubungi, wanita itu seolah menghilang. Sejak kejadian, kedua nya beradegan panas hingga tidak tahu di mana Caca pergi, maka dari sana juga Siska menjauh.     

Wanita itu menjauh bukan karena kegiatan yang kedua nya lakukan, tapi karena memang kesal dengan Elang yang tidak tahu waktu, sampai akhirnya mereka tidak bisa mencegah Carissa pergi.     

"Pergi sama Mama. Kenapa?" tanya Siska balik. Mendengar sikap jutek dan cuek dari Siska membuat Elang menghela napas nya berat, pria itu hanya terdiam sejenak. Hingga akhirnya membuka suara, mendengar penuturan dari Elang membuat sudut hati Siska tersentuh.     

Sudah lah jika sudah seperti ini, dapat di pastikan Caca akan segera luluh, Mama Ratih yang tahu ada hubungan antara keduanya hanya senyum senyum sendiri. Melihat anak nya yang sulit move on akhir nya mencoba membuka hati lagi.     

"Iya … iya nanti kalau udah sampai di telpon lagi."     

"Jangan lupa makan, istirahat yang cukup. Pokoknya harus baik baik, jaga kondisi juga. Kamu dan Mama awas kalau bandel," perintah Elang. Siska hanya memutar matanya malas, wanita itu sudah bosan dengan pesan yang disampaikan oleh Elang terus dan berulang kali.     

***     

"Baru di telpon pacar kenapa cemberut gini," ledek Mama Ratih. Mendengar hal itu membuat raut wajah Siska berubah jadi merah dan malu malu. Meskipun kedua nya sudah sangat jauh bertindak tapi untuk sebuah hubungan yang resmi hingga detik ini belum pernah di dengar oleh Siska bahwa Elang mengatakan hal tersebut.     

"Mama apa apaan sih. Gak ada loh," ucapnya sembari menutupi, wajah yang sudah memerah.     

Mama Ratih hanya tersenyum melihat tingkah laku anak gadis nya itu.     

Bian menyeret lengan Della dengan sangat kuat, pria itu sudah muak dengan semua ini. Karena wanita itu, dirinya dan Carissa jadi seperti ini.     

"Jangan pernah menampakkan diri kamu di depan saya lagi. Kamu sudah saya ceraikan, tunggu surat cerai dari saya sebentar lagi," ujar Bian dengan mata yang meloto tajam.     

Bian akan menyelesaikan semua nya, pria itu tidak mau berlama lama dengan kondisi seperti saat ini. Sudah terlalu banyak hal yang dilakukan, yang dikorbankan hanya untuk mengungkap kasus lama, dan hal itu membuat Bian menyesal.     

"Kamu tidak bisa melakukan hal itu Mas. Kamu udah janji buat ada di samping aku selalu, aku sedang sakit Mas," ucap Della seolah menjadi manusia yang tersakiti.     

Tapi Bian sudah tidak peduli, mau Della beneran sakit atau hanya berpura pura, pria itu tidak mau memikirkan hal tersebut lagi.     

"Mas!!" teriaknya. Sontak semua orang yang ada di tempat itu menatap ke arah Della. Bian benar benar tidak peduli, pria itu berjalan ke arah mobil dan melajukan mobilnya dengan sangat kencang.     

"Kamu akan menyesal Mas!!"     

Mobil tersebut melesat dengan sangat kencang, kali ini Bian seorang diri pria itu akan segera pergi ke tempat Adhitya, laki laki yang membuat dirinya cemburu saat pergi bersama dengan Carissa.     

Sejujurnya, Bian tidak sudi pergi ke tempat itu namun, mau bagaimana lagi dirinya tidak mau sang istri lebih jauh lagi. Sesampainya di resto tersebut, Jodi sudah berada di sana. Pria itu sengaja menunggu Bian, takut nanti akan terjadi sesuatu.     

"Doi udah nunggu loe di dalam," ucapnya pada Bian. Bian menganggukkan kepalanya, lalu keduanya mulai masuk ke dalam restoran tersebut.     

***     

Bian mendesah, kesal tidak ada hasilnya sama sekali. Adhitya tidak tahu dimana Carissa, padahal pria itu adalah harapan satu satunya untuk Bian mencari keberadaan sang istri.     

"Loe jangan putus asa gini, masih ada cara lain untuk bisa tahu dimana Caca berada," ujar Jodi.     

"Gue gak tahu harus gimana lagi Jod, udah hampir satu bulan Cariss agak ada kabar. Gue gak bisa seperti ini terus," keluh Bian.     

Jodi mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Bian, meskipun pria itu belum menikah namun, Jodi tahu bagaimana keadaan sahabatnya itu.     

"Bi, loe ingat kan. Kalau Carissa punya Abang dari panti asuhan?" tanya Jodi. Bian terdiam, pria itu memikirkan apa yang di ucapkan oleh Jodi. Dengan segera Bian langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Kenapa dirinya tidak berpikir tentang orang itu, Jodi mengencangkan sabuk pengaman, takut melihat gaya Bian yang mengendarai mobil seolah memiliki banyak nyawa.     

***     

"Kamu memang terbaik Ca. Mbak gak sangka kalau ini cafe bisa dibangun hanya dalam dua Minggu," ujar Bunga.     

Carissa hanya tersenyum, dirinya saja tidak yakin dengan kecepatan ini. Tiga hari setelah sampai di Malang, Caca langsung meminta Alan untuk mencari tempat dan setelah dapat Cafe ini langsung di daur ulang.     

Hari ini launching perdana Cafe yang menjadi keinginan Caca sejak lama. Tempat nongkrong anak muda yang nyaman serta memiliki harga yang pas dikantong     

"Semua berkat, Mbak dan Mas Alan. Aku gak tahu harus bersikap seperti apa jika, mbak Bunga dan Mas Alan gak bantu aku. Kalian pahlawan terbaik aku," ucap Caca.     

"Ini juga karena usaha dan tekad kamu. Mbak dan Mas hanya menjadi jembatan untuk kamu, jangan pernah bosan untuk meminta bantuan kita. Kamu adalah adik mbak, kita keluarga."     

Pukul 15.00 sore semua orang sudah berkumpul, Mama Ratih sangat bahagia akhirnya bisa melihat menantu dan cucunya kembali. Kedatangan kedua orang itu awalnya sempat ditentang oleh Alan. Karena pria itu tidak ingin, adiknya bersedih kembali. Namun, Bunda Iren berhasil menjelaskan semuanya sehingga Alan mengerti.     

Acara tersebut berjalan dengan lancar, Carissa sangat senang semua rencananya berjalan sesuai keinginan. Bahkan orang orang di sekitar sini, sangat senang datang saat grand opening cafe baru ini.     

"Selamat ya Mbak. Aku yakin, mbak Caca bisa sukses seperti cafe nya filosofi kopi itu," ucap Siska.     

"Terima kasih ya dek."     

"Selamat Sayang. Kamu memang hebat," puji Mama Ratih.     

"Makasih Ma. Mohon doanya selalu."     

"Pasti anakku. Doa Mama dan Bunda akan selalu untuk kamu."     

***     

Semua sudah berkumpul, makan malam kali ini sangat ramai karena ada Mama Ratih dan juga Siska.     

Mereka semua di ajak oleh Alan ke sebuah restoran yang paling terbaik di kota. Pria itu ingin merayakan keberhasilan Carissa.     

"Terus kamu mau buka apa lagi dek? Bilang aja sama Mas. Kami berdua akan selalu bantu kamu," ujar Alan.     

"Iya Ca. Kamu bisa ngomong sama kita, tenang temannya Mas Alan banyak di sini. Kita bisa buat hal baru," lanjut Bunga.     

Carissa mendengar hal itu tersenyum bahagia, masih banyak orang yang peduli dengannya. Carissa menjelaskan untuk sekarang dirinya hanya ingin fokus di dunia ini lebih dulu. Berbeda dengan Mama Ratih, yang seolah tertampar dengan ucapan dari Alan.     

Wanita paruh baya itu, tidak marah dengan apa yang diucapkan oleh mereka. Hanya saja, dirinya seolah menjadi orang yang salah mendidik anak hingga membuat, Bian dengan sengaja menyakiti Caca dan anak mereka.     

Setelah selesai makan malam, Bunda Iren dan Mama Ratih yang sedang duduk di meja menyaksikan mereka yang sedang berfoto di depan sana. Wanita cantik itu mengenggam tangan Mama Ratih.     

"Maafkan ucapan Alan ya mbak. Dia gak maksud bicara seperti itu," ucap Bunda Iren. Wanita itu sangat peka dengan keadaan, perubahan ekspresi wajah dari Mama Ratih terlihat sangat jelas.     

"Tidak mbak. Nak Alan tidak salah, saya sangat bahagia banyak orang yang menyayangi menantu dan cucu kita," balasnya.     

###     

Hulla selamat membaca ya. Dan sehat terus buat kalian semuanya, love you guys.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.